Bel sekolah berbunyi, menandakan sekolah telah usai. Semua siswa SMA itu berhamburan keluar kelas. Begitu juga Kania, Siswi kelas 1 SMA ini juga ikut keluar. Dilihat dari postur tubuhnya, ia biasa saja. Gadis remaja yang mempunyai tinggi 155cm ini ternyata menyukai kakak kelasnya, Dido. Dido itu kelas 3 ipa 1. Sudah lama sebenarnya Kania menyimpan rasa. Hanya saja ia selalu memendamnya untuk dirinya sendiri.
Kania mengenal Dido, jauh sebelum ia masuk ke SMA yang sama dengannya. Dulu saat ia kelas 2 SMP, ia sering melihat Dido bermain basket di lapangan tempat ia bimbel. Dari situlah ia mulai melihat Dido. Yang tadi nya hanya sekedar melihat hingga akhirnya ia tertarik. Dan mencari tahu siapa Dido sebenarnya. Hingga ia tahu Dido bersekolah di SMA ini, ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke sekolah yang sama.
"Kania, pulang bareng yuk?" ajak Tia yang ternyata berjalan dibelakang Kania.
"Ekh? Boleh." jawab Kania
Kalian tahu? Dulu Kania itu benar benar gadis biasa, ia bahkan tak populer di sekolahnya. Untuk remaja seusianya, mungkin dia yang paling cuek dengan penampilannya. Jika yang lain sibuk bercermin, maka ia sibuk menulis. Memang, hobi Kania itu menulis. Entah itu menulis puisi, cerpen, atau mungkin hanya sebuah catatan tidak penting. Sekarang pun, ia masih remaja biasa. Hanya saja ada yang berbeda darinya.
Dulu ia selalu berpenampilan sembrono,tapi kini ia sangat rapi. Dulu juga ia bahkan jarang menyisir rambutnya, sekarang, rambutnya bahkan tertata dengan indah. Kania yang selalu berlari mengejar pintu gerbang saat masuk sekolah, Kania yang selalu cuek dengan keadaan sekelilingnya, bahkan Kania yang tak menghiraukan apapun tentang dirinya. Yang ia pikirkan hanyalah Dido. Tapi, lambat laun ia mengerti. Usahanya untuk 1 sekolah dengan Dido sudah berhasil. Hanya saja, Bagaimana caranya agar Dido melihatnya? Agar Dido menyapanya? Agar Dido memperhatikannya?
Itulah yang merubah Kania, ia berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ia mulai memperhatikan dirinya sendiri, ia mulai datang kesekolah lebih pagi, bahkan ia ikut eskul yang sama dengan Dido. Basket.
Usaha nya memang tak sia-sia, hingga akhirnya ia bisa melihat Dido lebih dekat. Setiap latihan ia selalu memandang Dido. Akh, bahagianya hati Kania saat itu. Lelaki yang ia kagumi sejak dulu berada dekat dihadapannya. Dan, ketika itu berjalan 3 bulan ia mengikuti eskul basket. Ia sudah mulai mengenal dengan Dido. Hingga suatu hari saat ia latihan melempar bola. Dan kebetulan ia berpasangan dengan Dido.
"Kania, tangkap!" teriak Dido
Kania yang ada dihadapan Dido langsung menangkap bola itu, dan bersiap untuk melempar kembali kepada Dido. Tapi, ketika ia mulai melempar....
"Didooooo...." teriak gadis diluar lapangan.
Dido pada saat itu juga langsung berlari menghampiri gadis itu. Dan bola Kania yang ia lemparkan, entah ditangkap oleh siapa. Matanya pun langsung tertuju kearah Dido yang berlari ke gadis itu.
Siapa? Pikir Kania. Gadis yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Tak lama berselang, Dido kembali ke posisinya dihadapan Kania.
"Maaf Kania, tadi aku ninggalin kamu gitu aja. Sorry yah." ucap Dido
"Iyah gpp" jawab Kania
"Terus tadi mana bolanya?"
"Nih, aku lempar sekarang yah" ucap Kania.
Latihan telah usai, saat nya mereka beristirahat dan bersiap untuk pulang. Tapi, ada sesuatu yang beda di hati Kania saat itu. Ia masih bertanya - tanya siapa gadis itu? Hingga akhirnya, seorang seniornya, Kak Mona, berkata bahwa gadis itu adalah teman Dido sejak kecil. Dan masih berteman sampai sekarang, Dan Dodi menyukai gadis itu, bahkan mereka memang sudah dijodohkan oleh orangtua mereka.
Seketika, hati Kania hancur. Ia bingung, benar-benar bingung. Kenapa? Ketika ia sudah bisa mengenal Dido, ketika ia sudah berusaha merubah dirinya lebih baik? Ketika ia sudah bisa mengobrol dengan Dido, meski tak banyak. Tapi, kenapa harus sekarang? Kania tak habis pikir, ia benar benar linglung saat itu. Kaget, bahkan syok. Tapi, tak ada penyesalan dalam dirinya. Perubahan yang terjadi pada dirinya, ia syukuri dengan bahagia. Kenyataan tentang Dido, ia terima. Dan, dari saat itu. Ia mulai menjaga hatinya, dan percaya bahwa ia tak akan tahu, kelak akan berjodoh dengan siapa. Maka ia hanya bisa menjaga hatinya. Dan ketika jodoh itu datang, mungkin ia akan memberikan hatinya yang telah ia jaga.
*Hanya sebuah cerita. Semoga terhibur