Ketika
Kesedihan Menghampiri
Saat
hujan membasahi bumi
Saat
pelangi menampakkan diri
Aku
terbangun dalam mimpi
Disana…kau
tinggalkanku sendiri
Tapi
itu hanya ilusi
Karena
dirimu ada disampingku kini
Pegang
erat tanganku
Kelembutan
dan kasih sayangmu
Terpancar
dalam sorot matamu
Hanya
untukku
***
Seperti baru kembali dalam alam baka.
Seperti itulah rasanya. Dari alam yang kosong, gelap, hampa, sunyi dan sepi,
tiba-tiba saja dia sepeti jatuh kembali ke bumi.
“Ya Tuhan! Terima kasih! Dia telah
sadar!”
suara yang sangat lembut. Bahagia
bercampur haru.
Dibukanya matanya. Dipalingkannya
wajahnya. Seorang wanita sedang duduk didekatnya, menggenggam tangannya dengan
penuh kehangatan.
“Tita, ini ibu! Ibu akan selalu
disampingmu, Nak! Maafkan ibu.” Ucap wanita itu dengan bibir yang bergetar
menahan tangis. Tatapannya berbaur antara harapan, kebahagiaan, dan kecemasan.
Tita terus memandangi wanita itu, air
mata mengalir dipipinya. Namun, ia merasa hampa. Ia tidak mengenal wanita yang
kini sedang memeluknya. Terbesit dalam benaknya sebuah kenangan. Lalu
samara-samar ia melihat bayangan hitam itu…
***
Saat itu, Tita berumur 13 tahun.
Wajahnya begitu manis. Senyumannya sangat memikat. Dan tatapan matanya demikian
cemerlang. Rambutnya yang diekor kuda sangat menambah daya tarik yang terpancar
begitu kuat dari dirinya.
Tidak heran teman-teman lelaki
sebayanya sangat tertarik terhadap dirinya. Bahkan lelaki manapun demikian.
Tetapi, itulah celakanya. Ketika Tita pulang sekolah, ia disergap oleh
segerombolan lelaki yang memakai seragam serba hitam. Tita meronta ketakutan
meminta pertolongan. Namun, apa daya, mulutnya telah dibungkam dan ia dibius
hingga pingsan. Sejak itu, ia tidak tau dibawa kemana.
“Siapa kau?” Tanya Tita begitu
tersadar.
Tangan dan kakinya dalam keadaan
terikat tali.
“Sudah sadar kau anak manis?” goda
laki-laki itu.
“Akan kau apakan diriku?” Tanya Tita
menantang dengan penuh amarah dan kebencian. ”Lepaskan!” teriaknya.
“Percuma saja kau teriak!” kata
laki-laki itu.
Malam itu, lagi-lagi Tita dibius
hingga pingsan. Ia dibawa oleh mobil sedan berwarna hitam, untuk dikirim keluar
kota. Namun
naas bagi para penculik itu. Mobil yang mereka kendarai jatuh ke jurang. Dan
beberapa jam kemudian polisi dan ambulan datang ke TKP.
***
Suara isak tangis menggema dirumah
Tita. Ibunya tak henti memanggil-manggil nama anak semata wayangnya. Ia terus memandangi
poto anaknya dengan tatapan yang begitu nanar. Sedang ayahnya, duduk diteras
rumah dengan perasaan bimbang. Menunggu kabar anaknya dari polisi.
“Yah, bagaimana?” Tanya ibu lirih.
“Belum, Bu!”
Hanya kata-kata itu yang keluar dari
bibir mereka.
Malam itu, rumah yang biasanya
dipenuhi canda tawa. Kini menjadi suram. Tak lagi memancarkan aura kebahagiaan
bagi pemiliknya.
***
Setelah kecelakaan yang menimpanya,
Tita diselamatkan oleh keluarga Pak Arman. Mereka sangat baik padanya. Bahkan
berencana untuk mengadopsi Tita. Sudah 4 hari ia tinggal dirumah Pak Arman.
Namun malam itu, dikamar yang begitu mewah terdengar suara tangisan yang
memecahkan kesunyian malam.
“Ibu…Tita ingin pulang! Kenapa Ibu
tidak mencari Tita?” ucap tangisan itu terdengar sangat lirih.
Aku harus keluar dari rumah ini. Aku
ingin pulang. Aku ingin kembali kerumahku yang dulu. Bersama Ibu dan juga Ayah,
pikir Tita. Dan dimalam yang dingin itu, Tita keluar seorang diri.
Untuk
Bapak/Ibu Arman…
Terima
kasih untuk semuanya. Maaf bila saya telah lancang, tapi saya ingin pulang.
Ingin bertemu kedua orang tua saya. Terima kasih untuk kasih sayang Bapak/Ibu
selama ini.
-Tita-
***
Langit terasa begitu gelap. Bulan tak
menampakkan dirinya dimalam itu. Bahkan bintang-bintangpun enggan menghiasi
langit yang gelap. Seakan tak ada yang mau menemani Tita.
Tita terus menyusuri jalan setapak di
depannya. Ia tidak tahu harus melangkahkan kakinya kemana lagi. Disekelilingnya
hanya berdiri pohon-pohon yang membuatnya merasa takut.
Kembali ke rumah Pak Arman? Tak
mungkin, mereka tak mungkin menerimaku! Pikirannya selalu dihantui bayangan
Ibu, Ayah, keluarga Pak Arman, dan teman-temannya.
Tanpa disadari, ia tertidur dibawah
rimbunan pohon di kota
itu. Dengan pipi dsibasahi air mata.
“Tolong! Tolong!” teriak seorang
gadis.
“Siapa itu?” Tanya Tita kaget.
Suara teriakan itu, membangunkannya
dari tidur. Di depan matanya, ia mellihat bayangan yang begitu menyeramkan. Bayangan
laki-laki itu membunuh gadis yang menurutnya tak berdosa.
Bayangan hitam itu melangkah mendekati
Tita, mengangkat tinggi pisau yang berlumuran darah. Seakan ia mempunyai dendam
terhadap Tita, dan ingin membunuhnya. Tita memejamkan matanya, ia merasakan
kegelapan yang begitu menakutkan. Dan ia pun tak sadarkan diri.
Setelah itu, Tita dilarikan ke Rumah
Sakit. Dan laki-laki itu telah tewas ditembak oleh polisi.
***
“Tita mengidap Amnesia.” Kata dokter yang
merawatnya. “Untuk sementara dia akan kehilangan ingatannya.”
“Tapi dia akan sembuh kan, Dok?” Tanya Ibu
Tita cemas.
“Saya yakin memorinya lambat laun akan
pulih kembali.”
“O, Dokter! Terima kasih!”
“Tapi, ada yang tidak bisa saya
sembuhkan, Bu.” Sambung Dokter Irawan serius. “Traumanya terhadap peristiwa
yang menimpanya. Jadi saya mohon, agar Ibu menjaganya dengan penuh kasih
sayang.” Saran Dokter Irawan.
“Tentu, Dok. Tita adalah anak
kesayangan kami.” Jawab Ibu dan Ayah.
***
Tita menatap keluar dari jendela mobil
yang melaju menuju rumahnya. Ia memandangi sekolahnya dulu dan taman kota yang dilewati
mobilnya. Taman kota yang begitu indah, dipenuhi bunga mawar kesukaan Tita,
mengembalikan sedikit demi sedikit ingatannya.
***
hari
itu hanyalah kekosongan yang hadir
dalam
pagi kesendirian menghampiri
dalam
siang kehampaan datang
dalam
malam kesedihan menemani
hari
ini hanyalah secercah benci dihatiku
seberkas
kecewa membekas dalam jiwa
sebongkah
penyesalan dalam benak diri
namun
esok aku kan
kembali
merasuk
jiwa dan kalbu
menghampiri
cinta suci
yang
telah menantiku
-Tita-
The end
Karya :
HumaerohUmai
(ini cerpen aku bikin 2009 silam.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar