Translate

Jumat, 29 Mei 2015

CERPEN - Ketika Kesedihan Menghampiri



Ketika Kesedihan Menghampiri

Saat hujan membasahi bumi
Saat pelangi menampakkan diri
Aku terbangun dalam mimpi

Disana…kau tinggalkanku sendiri
Tapi itu hanya ilusi
Karena dirimu ada disampingku kini

Pegang erat tanganku
Kelembutan dan kasih sayangmu
Terpancar dalam sorot matamu
Hanya untukku

***
Seperti baru kembali dalam alam baka. Seperti itulah rasanya. Dari alam yang kosong, gelap, hampa, sunyi dan sepi, tiba-tiba saja dia sepeti jatuh kembali ke bumi.
“Ya Tuhan! Terima kasih! Dia telah sadar!”
suara yang sangat lembut. Bahagia bercampur haru.
Dibukanya matanya. Dipalingkannya wajahnya. Seorang wanita sedang duduk didekatnya, menggenggam tangannya dengan penuh kehangatan.
“Tita, ini ibu! Ibu akan selalu disampingmu, Nak! Maafkan ibu.” Ucap wanita itu dengan bibir yang bergetar menahan tangis. Tatapannya berbaur antara harapan, kebahagiaan, dan kecemasan.
Tita terus memandangi wanita itu, air mata mengalir dipipinya. Namun, ia merasa hampa. Ia tidak mengenal wanita yang kini sedang memeluknya. Terbesit dalam benaknya sebuah kenangan. Lalu samara-samar ia melihat bayangan hitam itu…
***
Saat itu, Tita berumur 13 tahun. Wajahnya begitu manis. Senyumannya sangat memikat. Dan tatapan matanya demikian cemerlang. Rambutnya yang diekor kuda sangat menambah daya tarik yang terpancar begitu kuat dari dirinya.
Tidak heran teman-teman lelaki sebayanya sangat tertarik terhadap dirinya. Bahkan lelaki manapun demikian. Tetapi, itulah celakanya. Ketika Tita pulang sekolah, ia disergap oleh segerombolan lelaki yang memakai seragam serba hitam. Tita meronta ketakutan meminta pertolongan. Namun, apa daya, mulutnya telah dibungkam dan ia dibius hingga pingsan. Sejak itu, ia tidak tau dibawa kemana.
“Siapa kau?” Tanya Tita begitu tersadar.
Tangan dan kakinya dalam keadaan terikat tali.
“Sudah sadar kau anak manis?” goda laki-laki itu.
“Akan kau apakan diriku?” Tanya Tita menantang dengan penuh amarah dan kebencian. ”Lepaskan!” teriaknya.
“Percuma saja kau teriak!” kata laki-laki itu.
Malam itu, lagi-lagi Tita dibius hingga pingsan. Ia dibawa oleh mobil sedan berwarna hitam, untuk dikirim keluar kota. Namun naas bagi para penculik itu. Mobil yang mereka kendarai jatuh ke jurang. Dan beberapa jam kemudian polisi dan ambulan datang ke TKP.
***
Suara isak tangis menggema dirumah Tita. Ibunya tak henti memanggil-manggil nama anak semata wayangnya. Ia terus memandangi poto anaknya dengan tatapan yang begitu nanar. Sedang ayahnya, duduk diteras rumah dengan perasaan bimbang. Menunggu kabar anaknya dari polisi.
“Yah, bagaimana?” Tanya ibu lirih.
“Belum, Bu!”
Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir mereka.
Malam itu, rumah yang biasanya dipenuhi canda tawa. Kini menjadi suram. Tak lagi memancarkan aura kebahagiaan bagi pemiliknya.
***
Setelah kecelakaan yang menimpanya, Tita diselamatkan oleh keluarga Pak Arman. Mereka sangat baik padanya. Bahkan berencana untuk mengadopsi Tita. Sudah 4 hari ia tinggal dirumah Pak Arman. Namun malam itu, dikamar yang begitu mewah terdengar suara tangisan yang memecahkan kesunyian malam.
“Ibu…Tita ingin pulang! Kenapa Ibu tidak mencari Tita?” ucap tangisan itu terdengar sangat lirih.
Aku harus keluar dari rumah ini. Aku ingin pulang. Aku ingin kembali kerumahku yang dulu. Bersama Ibu dan juga Ayah, pikir Tita. Dan dimalam yang dingin itu, Tita keluar seorang diri.

Untuk Bapak/Ibu Arman…
Terima kasih untuk semuanya. Maaf bila saya telah lancang, tapi saya ingin pulang. Ingin bertemu kedua orang tua saya. Terima kasih untuk kasih sayang Bapak/Ibu selama ini.

-Tita-
***
Langit terasa begitu gelap. Bulan tak menampakkan dirinya dimalam itu. Bahkan bintang-bintangpun enggan menghiasi langit yang gelap. Seakan tak ada yang mau menemani Tita.
Tita terus menyusuri jalan setapak di depannya. Ia tidak tahu harus melangkahkan kakinya kemana lagi. Disekelilingnya hanya berdiri pohon-pohon yang membuatnya merasa takut.
Kembali ke rumah Pak Arman? Tak mungkin, mereka tak mungkin menerimaku! Pikirannya selalu dihantui bayangan Ibu, Ayah, keluarga Pak Arman, dan teman-temannya.
Tanpa disadari, ia tertidur dibawah rimbunan pohon di kota itu. Dengan pipi dsibasahi air mata.
“Tolong! Tolong!” teriak seorang gadis.
“Siapa itu?” Tanya Tita kaget.
Suara teriakan itu, membangunkannya dari tidur. Di depan matanya, ia mellihat bayangan yang begitu menyeramkan. Bayangan laki-laki itu membunuh gadis yang menurutnya tak berdosa.
Bayangan hitam itu melangkah mendekati Tita, mengangkat tinggi pisau yang berlumuran darah. Seakan ia mempunyai dendam terhadap Tita, dan ingin membunuhnya. Tita memejamkan matanya, ia merasakan kegelapan yang begitu menakutkan. Dan ia pun tak sadarkan diri.
Setelah itu, Tita dilarikan ke Rumah Sakit. Dan laki-laki itu telah tewas ditembak oleh polisi.
***
“Tita mengidap Amnesia.” Kata dokter yang merawatnya. “Untuk sementara dia akan kehilangan ingatannya.”
“Tapi dia akan sembuh kan, Dok?” Tanya Ibu Tita cemas.
“Saya yakin memorinya lambat laun akan pulih kembali.”
“O, Dokter! Terima kasih!”
“Tapi, ada yang tidak bisa saya sembuhkan, Bu.” Sambung Dokter Irawan serius. “Traumanya terhadap peristiwa yang menimpanya. Jadi saya mohon, agar Ibu menjaganya dengan penuh kasih sayang.” Saran Dokter Irawan.
“Tentu, Dok. Tita adalah anak kesayangan kami.” Jawab Ibu dan Ayah.
***
Tita menatap keluar dari jendela mobil yang melaju menuju rumahnya. Ia memandangi sekolahnya dulu dan taman kota yang dilewati mobilnya. Taman kota yang begitu indah, dipenuhi bunga mawar kesukaan Tita, mengembalikan sedikit demi sedikit ingatannya.
***
hari itu hanyalah kekosongan yang hadir
dalam pagi kesendirian menghampiri
dalam siang kehampaan datang
dalam malam kesedihan menemani

hari ini hanyalah secercah benci dihatiku
seberkas kecewa membekas dalam jiwa
sebongkah penyesalan dalam benak diri

namun esok aku kan kembali
merasuk jiwa dan kalbu
menghampiri cinta suci
yang telah menantiku

-Tita-

The end


Karya :

HumaerohUmai

  (ini cerpen aku bikin 2009 silam.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar